Belanda Akan Resmi Minta Maaf atas 250 Tahun Perbudakan yang Dilakukannya

Ilustrasi perbudakan oleh Belanda

Brikolase.com – Dalam usaha berdamai dengan masa lalu kolonial, pemerintah Belanda berniat untuk meminta maaf minggu depan atas peran Belanda selama 250 tahun melakukan perbudakan.

Permintaan maaf Belanda secara resmi akan dilakukan pada 19 Desember 2022 dan diharapkan bisa memperbaiki sejarah bagaimana peran Belanda yang mengeksploitasi lebih dari 600.000 orang yang bekerja sebagai budak di bekas wilayah jajahan.

Namun kelompok dari bekas jajahan Belanda seperti Suriname di Amerika Selatan mengkritik waktu yang janggal untuk meminta maaf, menyoroti bahwa mereka tidak berkonsultasi soal tanggal dan juga merasa keputusan ini dibuat secara gegabah dan terburu-buru.

Mereka ingin permintaan maaf itu dilakukan pada 1 Juli 2023, hari yang menandai 150 tahun Belanda menghapus penjajahan di bekas wilayah jajahan.

Namun Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, mengatakan pada awak media di Den Haag minggu lalu bahwa ‘momen berarti’ dalam permintaan maaf ini akan dilakukan pada 19 Desember 2022.

Johan Roozer, ketua Komisi Nasional Suriname untuk Peringatan Perbudakan, mengatakan pada awak media bahwa minggu lalu, Rutte, mungkin kekeh memilih tanggal itu karena ‘perubahan situasi politik’ di Belanda, karena partai politik Belanda sayap kanan menentang permintaan maaf ini.

Menurut kabar dari media lokal, Belanda juga berencana mengumumkan pendanaan 27 juta Euro (448 miliar Rupiah) untuk membuka museum perbudakan.

“Ini semua merupakan bentuk pengakuan dari negara, yang masih berbentuk monarki demokratis, bahwa akhirnya Belanda siap untuk bicara tentang masa lalu.

Terutama segala sesuatu yang dicuri Belanda dari bekas wilayah jajahan, khususnya Suriname, melalui perbudakan,” kata Colin de Bie, 27th, orang keturunan Belanda dan Suriname, dikutip dari Al Jazeera.

“Pengakuan ini juga merupakan bentuk investigasi untuk memahami apa yang yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Penting juga untuk bertanya tentang langkah apa yang akan diambil di masa depan,” imbuhnya.

Apakah pemerintah (Belanda) akan berinvestasi di negara yang mereka curi uangnya? Apa rencana mereka untuk membantu semua keturunan para budak yang masih menderita?” kata de Bie, warga Amsterdam yang bekerja paruh waktu di Anne Frank House.

“Saya pernah pergi ke Suriname dan melihat bagaimana kelompok orang kulit hitam, terutama Creole, keturunan budak, masih menderita karena masa lalu.

Maka permintaan maaf ini adalah langkah pertama, pemerintah (Belanda) harus melakukan hal yang lebih dari ini,” imbuhnya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *