Brikolase.com – Rijsttafel adalah salah satu warisan kuliner yang unik, lahir dari pertemuan budaya Nusantara dan Belanda pada masa kolonial.
Menurut Fadly Rahman, sejarawan Universitas Padjajaran dan penulis buku Rijsttafel, istilah Rijsttafel berasal dari bahasa Belanda yang berarti penyajian berbagai macam makanan di meja.
Meski dinamai dari Belanda, Rijsttafel memberdayakan kekayaan kuliner lokal Nusantara yang begitu melimpah dengan rempah-rempah dan bahan makanan.
“Kuliner Belanda itu di dalam khazanah kuliner di Eropa itu dikatakan sebagai negara yang memiliki budaya kuliner yang miskin.
Mereka negara kecil terus kemudian dikelilingi oleh lautan dan makanan mereka itu bahkan diledekin dengan hanya makan ikan Herring aja mereka sudah puas.
Sedangkan kita punya makanan, bahan makanan yang begitu melimpah dengan bumbu rempah-rempah yang begitu banyak,” kata Fadly Rahman, dikutip dari kanal YouTube Ray Janson Radio.
Kekayaan khazanah kuliner Nusantara ini kemudian dimanfaatkan oleh orang Belanda untuk menciptakan Rijsttafel.
Pada masa kolonial, para gastronom Belanda yang telah belajar ilmu gastronomi (seni atau ilmu tentang makanan dari produksi hingga konsumsi, termasuk aspek sosial-budaya) di Prancis datang ke Hindia-Belanda dan menyadari kekosongan dalam tradisi kuliner di negeri jajahan.
“Kita kan di setiap daerah itu punya budaya makan yang berbeda-beda ya, antara satu pulau dengan pulau yang lain, tapi masyarakat lokal itu, masyarakat di daerah itu kan enggak pernah memikirkan ya tentang bagaimana makanan kita zaman dahulu, bagaimana makanan kita ini bisa disajikan, diolah, dinikmati seperti halnya seni gastronomi,” ujar Fadly.
Penemuan buku masak pertama di Indonesia pada tahun 1840-an menandai awal dari pendokumentasian kuliner Indonesia oleh Belanda.
Buku ini, yang dipengaruhi oleh gastronomi Prancis, menjelaskan pentingnya mengisi kekosongan gastronomi di negeri jajahan dengan mengadopsi makanan-makanan lokal.
“Mereka dengan ilmu gastronominya mengadopsi makanan-makanan daerah.
Mereka mengkurasi setiap makanan yang ada di daerah sehingga dimasukkanlah rawon, aneka soto, aneka nasi, terus kemudian bagaimana di-combine dengan resep-resep Belanda, resep-resep Tionghoa ya.
Ada India, ada unsur Arabnya juga ya dan akhirnya diciptakanlah buku masak,” ungkap Fadly.
Rijsttafel adalah hasil dari perpaduan berbagai unsur ini. “Kata ‘Rijst’ mewakili budaya pribumi, sementara ‘tafel’ mewakili budaya makan orang Belanda di meja.
Biasanya orang Indonesia makan lesehan di lantai, menggunakan tangan tanpa piranti seperti sendok dan garpu. Orang Belanda memperkenalkan konsep makan di meja dengan piranti makan lengkap, dan inilah yang kemudian menjadi dasar dari konsep Rijsttafel.
Munculnya Rijsttafel menunjukkan bagaimana Belanda memadukan budaya makan lokal dengan tradisi gastronomi Eropa, khususnya yang dipengaruhi oleh Prancis.
“Jadi konsep Rijsttafel itu muncul untuk mengisi kekosongan gastronomi yang saat itu baru diperkenalkan oleh orang-orang Belanda yang baru pulang, baru belajar dari ilmu gastronomi Prancis,” pungkas Fadly.***
Bacaan terkait

Pemred Media Brikolase
Editor in chief
Email:
yongky@brikolase.com / yongky.g.prasisko@gmail.com