Doktor Raygun Dapat Nilai 0 di Cabor Breakdance Olimpiade Paris 2024, Orang Kulit Putih ‘Mainkan’ Budaya Kulit Hitam

Brikolase.com – Rachael Gunn, alias Raygun, seorang B-girl wakil Australia mencuri perhatian di Olimipiade Paris 2024. Raygun bertanding di cabang olahraga (cabor) breakdance dan kalah dalam tiga babak dengan nilai 0 karena gerakannya yang dianggap aneh.

Di babak round-robin, ia mendapat skor 18-0, 18-0, dan 18-0. Namun, kekalahannya justru menciptakan kehebohan di media sosial. Gerakan “anehnya”, termasuk “kangaroo paw”, dengan cepat menjadi viral karena meme di internet dan bahkan menjadi parodi di acara The Tonight Show Starring Jimmy Fallon.

Raygun merupakan seorang doktor (Ph.D) yang sehari-hari bekerja sebagai dosen dengan minat penelitian tentang politik budaya dalam breakdance dan peran tarian jalanan di ruang publik. Ia mengaku tidak gentar dengan kekalahannya.

“Saya tidak pernah akan bisa mengalahkan mereka dalam hal yang mereka kuasai, yaitu gerakan dinamis dan penuh kekuatan. Jadi, saya ingin bergerak dengan cara yang berbeda, lebih artistik dan kreatif. Karena seberapa sering Anda bisa mendapatkan kesempatan seperti ini di panggung internasional?” kata Raygun dalam konferensi pers.

Kehadiran Raygun di ajang internasional ini tidak luput dari kritik. Beberapa orang mempertanyakan bagaimana ia bisa lolos kualifikasi ke Olimpiade. Meski demikian, Anna Meares, Kepala Kontingen Australia, memberikan pujian kepada Gunn atas semangatnya dalam mewakili negara. “Raygun telah menunjukkan semangat Olimpiade dengan penuh antusiasme,” kata Meares.

Baca juga: Orang Amerika Paling Individualis tapi Dermawan, Diaspora Puri Viera Cerita Pengalamannya

Penampilan Gunn di jalanan Paris setelah kompetisi, di mana ia melakukan pertunjukan dadakan untuk rekan satu timnya, semakin memperkuat daya tariknya. Video tersebut mendapat banyak sorakan dan dukungan di media sosial. Bahkan, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, ikut memberikan komentar, “Raygun telah berusaha keras. Itu adalah bagian dari tradisi Australia. Dia telah mewakili negara kita, dan itu adalah hal yang baik.”

Meskipun penampilannya tidak sempurna, Raygun berhasil menjadi simbol semangat “usaha keras” yang dipegang teguh oleh Australia. Seperti cuitan mantan pemain sepak bola Australia, Craig Foster, di media sosial X, “Raygun tampil dan melakukan apa yang bisa ia lakukan di hadapan dunia dengan caranya sendiri. Tidak semua orang bisa melakukan itu dalam hidup mereka.”

Di balik semua pujian, ada juga kritik tentang representasi dalam olahraga ini. Beberapa pihak mempertanyakan apakah pantas seorang wanita kulit putih seperti Gunn mewakili Australia dalam olahraga breakdance yang lahir di jalanan New York pada tahun 1970-an, yang memiliki akar dalam budaya kulit hitam. Neha Madhok, seorang aktivis keadilan sosial, menulis di media sosial bahwa ini mencerminkan “whiteness” dalam olahraga Australia.

Sejak diumumkannya breaking sebagai cabang olahraga Olimpiade pada tahun 2018, kekhawatiran telah muncul tentang bagaimana menghormati akar budaya olahraga ini. Gunn sendiri telah membahas hal ini dalam makalah akademiknya.

“Institusionalisasi breaking melalui Olimpiade akan semakin menempatkan breaking dalam struktur kolonial Australia yang mengandalkan hierarki ras dan gender,” kata Gunn.

Seorang wanita keturunan Jawa-Suriname, Christa Wongsodikromo, turut mempersoalkan reprentasi orang kulit putih dalam breakdance.

“Inilah akibatnya bila kalian membiarkan wanita kulit putih mewakili sebuah negara di Olimpiade dalam cabang olahraga yang berakar dari budaya jalanan orang kulit hitam, karena dia punya gelar doktor (PhD) yang dianggap tahu banyak.

Ada orang kulit putih yang bisa breakdance tapi ada pula yang tidak bisa karena mereka tidak paham. Contohnya wanita ini, sungguh memalukan.

Hal yang sama juga terjadi di komunitas orang Jawa-Suriname di mana perempuan kulit putih mengejar gelar doktor dengan meneliti wanita Jawa-Suriname.

Ada banyak contoh dari kasus ini. Ini bukan kebetulan tetapi ada polanya,” ujar Christa.***