Brikolase.com – Pengaruh kolonialisme terhadap kesejahteraan negara telah menjadi subjek penelitian dari tiga profesor peraih hadiah Nobel Ekonomi 2024.
Mereka adalah Daron Acemoğlu, Simon Johnson, dan James A. Robinson, yang meneliti bagaimana sistem politik dan ekonomi yang diperkenalkan oleh penjajah dapat menentukan apakah suatu negara menjadi kaya atau miskin di masa kini.
Penelitian mereka mengungkap bahwa institusi inklusif yang didirikan untuk kepentingan jangka panjang para migran Eropa berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih makmur.
Sebaliknya, di negara-negara di mana tujuan utama kolonialisme adalah mengeksploitasi penduduk asli dan mengambil sumber daya alam untuk kepentingan penjajah, dampaknya justru merugikan dan meninggalkan negara-negara tersebut terjebak dalam siklus pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Penelitian 3 ekonom ini menunjukkan adanya “pembalikan nasib,” di mana negara-negara yang dulunya kaya pada masa penjajahan kini menjadi miskin, dan sebaliknya.
Hal ini menjadi alasan utama mengapa negara pascakolonial yang dulunya makmur kini berada dalam kondisi ekonomi yang terpuruk.
Fenomena ini unik dalam sejarah. Di wilayah-wilayah yang tidak dijajah, tidak ada pembalikan nasib seperti ini.
“Daripada mempertanyakan apakah kolonialisme itu baik atau buruk, kami mencatat bahwa strategi kolonial yang berbeda telah menghasilkan pola kelembagaan berbeda yang bertahan dari waktu ke waktu. Secara umum, pekerjaan yang kami lakukan mendukung demokrasi,” kata Acemoğlu, dikutip dari laman The Guardian.
Sebagai contoh, perbedaan nasib antara Meksiko dan AS sejak masa kolonialisme menjadi salah satu fokus perhatian.
Spanyol melakukan penindasan pada abad ke-16 untuk merampas kekayaan Kekaisaran Aztek di Meksiko dan membentuk institusi eksploitatif.
Sedangkan tanah di bagian utara yang kurang padat penduduk, yang kini jadi wilayah AS, cenderung digunakan sebagai tempat migrasi orang Eropa.
Maka dari itu banyak pemukim atau migran Eropa kemudian mendirikan sistem pemerintahan yang lebih demokratis dan institusi inklusif di wilayah utara.
Modus yang berbeda ini menjelaskan mengapa AS kini jauh lebih makmur daripada Meksiko.
Namun, dampak kolonialisme ini tidak bersifat permanen.
Ketiga akademisi ini menekankan bahwa negara-negara dapat membebaskan diri dari institusi yang diwariskan oleh kolonialisme dan mendirikan demokrasi serta supremasi hukum.
Dalam jangka panjang, perubahan ini akan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan terutama di wilayah bekas jajahan.***
Bacaan terkait
Pemred Media Brikolase
Editor in chief
Email:
yongky@brikolase.com / yongky.g.prasisko@gmail.com