Seraphim: Ornika-Orniki dalam Kubangan Api Neraka (Bagian 2)

Ilustrasi Mastodon dalam kubangan api neraka dalam kisah Seraphim

Baca Bagian 1

Pengarang: Yongky Gigih Prasisko

Dhuar Dummm Dhaar!!

Hujan meteor dan gemuruh petir tak henti menghantam desa Dolmar. Balas dendam langit. Suara pekikan orang-orang minta tolong bergema di seluruh desa. Gunung dan bintang-bintang hanya diam membisu. Warga desa menganggap sudah datang hari kiamat. Manusia berterbangan, ada yang terbakar, rumah, batu dan pohon melayang di udara seperti kapas yang berhamburan. Tubuh-tubuh terjatuh, terdiam, mati tergeletak tak ada satu pun yang bisa menolong.

“Awww panaass, panaass…” Orniki tersambar api

“Hei mundur ke barisan, Orniki,” sahut Ornika

“Selamatkan anak itu!” suara Aster menggema dari belakang.

Barisan mastodon berjibaku dengan api, berusaha memadamkannya, membuka jalan untuk menyelamatkan Kaula. Ornika dan Orniki, mastodon kembar, mendapat tugas khusus dari Aster dalam misi penyelamatan itu. 

Aster, penyihir misterius, sang pengendali mastodon. Ia dikenal sebagai orang yang mampu mengimbangi Jack. Pertarungan duelnya dengan Jack berakhir imbang, tak satu pun yang jatuh tak berdaya. Beberapa kali Aster dan pasukannya menyerang Jack dan kelompoknya, namun hasilnya nihil. Jack masih terlalu kuat untuk ditaklukkan. Tersiar kabar bahwa karena tak ada yang menang dan kalah, Aster dan Jack membuat perjanjian tentang wilayah kekuasaan. Dua-duanya adalah orang yang berkuasa di kalangan kaum penyihir. Ada kabar juga yang mengatakan bahwa hubungan Jack dan Aster adalah sahabat yang saling membantu, menjaga kaum penyihir tetap eksis. 

Setara dengan Jack, Aster memiliki tingkat pengendalian tinggi atas mastodon. Ia mampu membuat mastodon raksasa, menciptakan ribuan pasukan mastodon dalam sekejap dan menyemprotkan air lewat belalainya. Mastodon bersahabat dengan air. Aster bahkan disebut bisa memindahkan lautan dengan pasukan mastodonnya, mampu menyedot air danau hingga kering dan menciptakan aliran sungai baru.

Namun tampaknya kali ini Aster dan mastodonnya menghadapi tantangan besar. Ini bukan api biasa. Sekilas saja lengah, Aster dan pasukannya bisa lenyap, hangus dilalap api neraka. Sementara para mastodon tengah berjuang memadamkan api yang tampaknya hampir mustahil dipadamkan.

“Aster, tiap detik ribuan mastodon lenyap dilalap api. Kita harus pergi segera!”

“Ornika sudah kelelahan, kita tak sanggup bertahan lebih lama lagi di kubangan api neraka!” teriak Orniki.

“Bertahan sebentar lagi Orniki, bantu Ornika sejenak. Jalan sudah terbuka, ambil anak itu cepat!”

“Aku akan menahan sumber api dari Lusi,” jawab Aster.

“Jangan, terlalu berbahaya, kau tak bisa menghadapinya sendirian,” Orniki khawatir.

“Jangan khawatirkan aku, kau lupa aku sudah menantikan momen ini. Tapi Jack mendahuluiku,” Aster langsung terbang menuju Lusi.

Aster naik ke atas sambil berlinang air mata. Karena tingkat kekuatannya yang tinggi, dia bisa sekilas melihat masa depan. Aster tak sanggup membuka matanya. Sementara, di bawah, Orniki tengah bergegas berlari menghampiri Ornika yang membawa Kaula. Anak kecil ini berhasil dibawa oleh Ornika. Namun sayang kemampuan Ornika tampaknya sudah mencapai batas. Ornika dan Orniki adalah komandan pasukan mastodon. Ibaratnya, Ornika dan Orniki adalah tangan dari Aster. Seluruh kekuatan Aster menyalur pada kedua mastodon kembar ini.

Ornika jatuh saat tengah berlari, menyuruh Orniki untuk membawa Kaula dan meninggalkannya. Namun Orniki tidak mau, dia ingin menyelamatkan Ornika dan Kaula, segera pergi dari lautan api neraka.

Di sisi lain, Aster merasa tak bisa melawan takdir. Pandangannya akan masa depan sekilas menunjukkan makhluk kesayangannya merintih kesakitan. Salah satu akan mati, atau keduanya akan mati, semua masih kabur. Aster berpikir bila ia bisa menghentikan sumber api barang sejenak, ia bisa menyelamatkan salah satu. Namun tentu yang dihadapinya bukan makhluk sembarangan. Ada benarnya, Orniki mengkhawatirkan Aster karena kali ini lawannya Lusi dan Inggrid, seraphim paling kuat di alam langit. Jack saja tak sanggup melawannya sendirian, ia harus minta bantuan para alkemis. Namun Aster berusaha menghadapi Lusi dan Inggrid seorang diri, demi menyelamatkan mastodon dan membawa kabur Kaula. 

“Bawa Kaula pergi dari sini,” Ornika menyuruh Orniki

“Jangan bodoh! Aku akan membawa kalian bedua,” timpal Orniki

Sekejap kemudian api menyambar Ornika, separuh tubuhnya sudah terbakar. Orniki berusaha memadamkannya sekuat tenaga. Bila Orniki tak segera pergi maka keduanya akan langsung dilalap api, begitu juga Kaula.

Air mata Aster semakin menetes. Sudah takdirnya, Aster memutuskan untuk mengambil risiko datang ke Dolmar. Dia tahu bahwa Jack tidak ada di sana. Aster juga berfirasat seluruh warga desa Dolmar akan lenyap dilalap api. Tapi ia berusaha untuk melawan itu semua, ia yakin takdir bisa berubah. Seperti halnya, tak ada yang pernah mengira bahwa Lusi, sang penjaga hukum langit, justru menjadi biang keladi perusak tatanan bumi dan langit. Sejak itu, segala alam mengalami kekacauan karena hukumnya mulai dibongkar.

“Solomon strike!”

Aster memotong semburan api neraka dari Lusi dengan pedangnya. Ia akan berusaha menghadapi takdir dan mengubahnya. Aster berbalik kembali ke arah Ornika yang tergeletak setengah terbakar, menancapkan pedangnya ke tanah, dan bersimpuh menahan semburan api Lusi demi melindungi 2 mastodon kesayangannya itu.

“Orniki, cepat bawa pergi Kaula. Ornika akan bersamaku, sampai titik darah penghabisan,” perintah Aster.

Orniki lalu bergegas membawa Kaula pergi dari kobaran api. Para mastodon yang lain langsung bergabung dengan Orniki untuk membantu dan melindunginya.

Aster mengelus kepala Orniki.

“Tak kan kubiarkan kau mati. Masa depan bisa diubah. Pandanganku hanyalah firasat yang belum tentu terjadi,” Aster tetap tak bisa menyembunyikan air matanya.

Sementara Ornika tak bisa berkata-kata, hanya ada suara yang kabur dan juga air mata yang menetes dari kedua matanya.

Aster dan Ornika punya kenangan masa lalu yang tak terlupakan. Saking berharganya kenangan itu, Aster berani mengambil risiko apa pun untuk terus bersama Ornika. Dari Ornikalah, Aster belajar tentang pengendalian mastodon. Ornika adalah mastodon yang berusia ribuan tahun. Ia hanya punya keluarga, adik satu-satunya yang sangat dia sayangi yakni Orniki. Pertemuan dengan Aster juga menjadi kenangan yang berharga bagi Ornika. Kala itu, Aster masih bayi saat bertemu Ornika di hutan belantara. Tak diketahui siapa yang membuang bayi Aster ke hutan. Namun yang pasti, Ornika berusaha merawatnya. Ornika dan Orniki akhirnya jadi orang tua asuh Aster.

Bagi Ornika, Aster adalah manusia yang aneh. Ia merasa bahwa ada sosok yang telah mengambil perasaan Aster. Kala mendidik Aster, Ornika dan Orniki melihat bahwa orang ini tak punya perasaan. Sebagai bayi, bahkan Aster tidak pernah menangis, tak pernah marah, atau tak pernah tertawa. Bahkan Ornika mengira ada sesosok makhluk jahat merasuki Aster, namun ia tak kuasa mengusirnya. 

Pernah suau ketika Aster kecil menghilang di tengah hutan belantara. Ornika dan Orniki mencari di sepanjang hutan belantara yang luas dan buas. Sampai akhirnya ia menemukan Aster yang berjalan penuh darah tanpa merintih kesakitan. Ia habis bertarung dengan beruang, buaya dan harimau. Untungnya, ia selamat meski terluka parah. 

Bagi Ornika, Aster adalah keluarga barunya bersama dengan Orniki. Kebersamaan Aster dengan Ornika dan Orniki lama kelamaan berhasil menumbuhkan perasaan Aster yang selama ini hilang entah ke mana. Aster mulai mengerti apa rasanya kasih sayang, cinta bahkan penderitaan. Aster mulai mengenal hangatnya kebersamaan bersama keluarga, rasa bahagia, senyuman bahkan rasa sedih dan tangisan. Ornika dan Orniki sudah hidup ribuan tahun lamanya, dan mereka sudah banyak menyaksikan penderitaan, kebahagiaan bahkan tumbuhnya peradaban dari masa ke masa. Ornika dan Orniki merasa senang Aster sudah memiliki perasaan sebagai manusia.

Keberhasilan itu juga terlihat saat Ornika melihat Aster meneteskan air mata, artinya perasaan Aster semakin mendalam. Meski air mata itu bukanlah tanda bahagia. Ornika sudah tak mampu lagi bergerak. Aster ingin membawa Ornika pergi dari sini, namun sayangnya api tak kunjung berhenti menyambar, 

“Aku mendengar anak itu menyebut nama Lilith. Aku tak tahu apa maksudnya.” suara Ornika terdengar lemah.

“Ha?! Tidak mungkin. Lilith berada dalam belenggu langit.”

“Apa mungkin Lusi membuat perjanjian dengan Lilith? Atau Lilith mulai menguasai Lusi?” timpal Aster.

“Entahlah, tampaknya Lilith ikut terlibat dalam kekacauan ini,” suara Ornika melemah.

“Sudah, Ornika, kau akan keluar dari sini bersamaku. Aku akan menghadapi api neraka ini.” Aster berusaha menenangkan Ornika.

Padahal dalam hatinya ibarat gunung meletus ketika mendengar nama Lilith. Bila Aster masih berani menantang Lusi, tapi untuk Lilith dia mulai ragu. Bahkan ada rumor tak ada penyihir yang berani melawan Lilith, tak ada yang pernah bertemu Lilith bahkan tak ada yang berniat mendekatinya. Kebanyakan penyihir berinteraksi dengan makhluk-makhluk anak buah Lilith. 

Lilith adalah makhluk laiknya manusia, ia tercipta dari tanah. Dalam masa penciptaan manusia, Adam dan Lilith adalah sepasang manusia yang diciptakan pertama kali dari tanah. Namun karena sama-sama terbuat dari tanah, keduanya sama-sama keras dan sering bertengkar. Adam dan Lilith dianggap bukan pasangan yang berhasil. Maka akhirnya keduanya berpisah dan Lilith tersingkir dari surga. Lalu kemudian makhluk pendamping Adam diciptakan kembali dari tulang rusuk. Ia tak lain adalah Hawa. Kali ini, tampaknya Adam dan Hawa bisa menjadi sepasang manusia yang saling melengkapi. Hawa bisa menjadi pendamping Adam, meski sempat melakukan kesalahan dengan memakan buah kuldi. Namun pada akhirnya, Adam dan Hawa menjadi sepasang manusia yang melahirkan manusia lain di muka bumi.

Sementara Lilith harus rela dirinya menerima kutukan. Lilith terus mengembara, tak bisa berdiam, hidupnya tidak tenang, gelisah, tempat tinggalnya tidak pasti. Itulah belenggu yang tak bisa dia lepaskan. Lilith juga merupakan makhluk yang punya kekuatan besar, jauh melampaui kekuatan Seraphim atau iblis sekali pun. Kekuatan, kegelisahan, rasa tidak tenang yang begitu besar dari Lilith tak bisa dia tampung sendiri dan akhirnya menyalur pada makhluk-makhluk di muka bumi termasuk manusia, anak Adam dan Hawa.

Jika dirimu dikuasai oleh perasaan gelisah, takut, kecewa dan tidak tenang, artinya Lilih telah berkuasa atas dirimu. Mendengar nama Lilith, Aster berusaha untuk mengendalikan dirinya supaya tidak dikuasai oleh perasaan takut dan gelisah. Karena bila Lilith sudah merasuki dirinya, maka ia akan kehiangan kendali atas diri dan kekuatannya. Inilah yang dialami oleh Lusi. Rasa balas dendam, benci, marah, sakit hati telah menguasai dirinya, sehinga ia mulai hilang kendali dan masuk dalam kekuasaan Lilith.

Di tengah api yang berusaha ditahan Aster dengan bersimpuh di hadapan pedangnya, Aster melihat dengan mata kepalanya sendiri, Lilith yang tampak berkuasa atas Lusi. Di situlah Aster tampak gemetar. Lilith yang sangat ditakuti oleh para penyihir telah bergabung dengan Lusi, membuat kekuatannya berlipat ganda. Api neraka yang disemburkan Lusi punya dampak rusak berkali-kali lipat.

Meski dengan tangan gemetar, Aster tetap bertahan melindungi Ornika. Dia bertekad tak akan pernah meninggalkan Ornika, apalagi membiarkannya mati dilalap api neraka. Sampai kemudian setengah tubuh Aster ikut terbakar, dia tetap bertahan dengan pedangnya. Tak sejengkalpun dia bergerak dari posisinya. Jika terus seperti ini, Aster dan Ornika akan hangus terbakar panasnya api neraka.

Aster melihat Ornika sudah tidak berdaya, air matanya seolah ingin meminta Aster untuk pergi meninggalkannya untuk menyelamatkan diri. Suara batin terus disampaikan oleh Ornika untuk menyuruh Aster pergi. Aster tak mau dengar suara batin Ornika yang terus bergema dalam hati dan pikirannya. Aster akan ikut mati bersama Ornika.

“Jangan mati konyol, Aster!” terdengar suara dari atas langit masuk ke telinga Aster.

Tampak sekilat cahaya turun dari langit menghampiri Aster dan Ornika, membawa mereka pergi dari kobaran api neraka. Dengan setengah sadar dan terluka parah, Aster samar-samar melihat sesosok makhluk yang membawanya terbang, menyelamatkannya dari semburan api Lusi.

“Ah ternyata kau, Tedua,” Aster bersuara lemah.

“Diam, jangan banyak bicara,” timpal Tedua.

Seraphim Tedua membawa kabur Aster dari serangan Lusi. Tak disangka, Tedua adalah anak buah Lusi yang kali ini tak berada di pihak tuannya. 

Meski terbang secepat kilat, Tedua tak bisa lepas dari pandangan Lusi yang mengetahuinya telah membawa Aster dan Ornika, membuatnya semakin marah dan meledak.

“Dasar pengkhianat!” Lusi semakin dikuasai Lilith.

Bersambung ke bagian 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *