Novel Seraphim: Seva Esteria berkisah tentang seorang anak bernama Seva yang memiliki bakat bawaan dari lahir. Ia tidak hanya bisa mendengar segala frekuensi bunyi, pun ia bisa menangkap dan mengendalikan bunyi-bunyi itu. Sayangnya, bakat yang Seva miliki memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Hal ini cukup mendapat pemakluman bahwa Seva merupakan anak yang tidak diharapkan kehadirannya. Selain dibuang oleh ibunya sejak kecil, perintah untuk mengeksekusinya juga hadir. Mbah Putri yang sejak kecil merawatnya dan abai terhadap surat perintah untuk mengeksekusi Seva pun harus rela menanggung akibat itu. Ia akhirnya kehilangan kucing kesayangannya, Ukla dan nyaris seluruh anak penghuni di pedepokannya yang tewas.
Novel ini menyajikan cerita yang menarik. Yongky Gigih Prasisko sebagai penulis menyajikan cerita yang khas dari realisme magis. Hal ini terlihat dari lima karakter realisme magis yang dipaparkan oleh Wendy B. Faris yang melekat dalam cerita. Realisme magis sendiri merupakan percampuran dua dimensi antara yang nyata, yang empirik rasionalis dan yang magis, yang kehadirannya tak dapat diterima oleh logika. Ada 5 unsur realisme magis sebagaimana dipaparkan oleh Faris, antara lain: irreducible element (elemen yang tak tereduksi), phenomenal world (dunia yang fenomenal), unsettling doubt (keraguan yang tak terselesaikan), merging realms (penggabungan dimensi), dan disruption of time, space, and identity (disrupsi waktu, ruang, dan identitas).
Irreducible element atau elemen yang tak tereduksi merupakan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan logika, tidak dapat diverifikasi kehadirannya dan tidak dapat dibuktikan secara empirik. Elemen-elemen ini tak dapat tereduksi, tetap mempertahankan keajaiban dan ketakterdugaan tanpa dapat dijelaskan secara menyeluruh oleh akal. Elemen ini bisa dilihat salah satunya pada karakter Mbah Putri, seorang pemilik padepokan yang memiliki kekuatan supranatural. Sang narator mengisahkan padepokan Mbah Putri yang terlindungi oleh kekuatan pertahanan milik Mbah Putri. Mbah Putri juga memiliki tongkat yang bisa menghentikan suara dari ceracam Seva kala kucing kesayangannya, Ukli hendak pula terbunuh bersama saudaranya, Ukla. Baik kekuatan pelindung maupun tongkat Mbah Putri yang bisa menghentikan suara merupakan sesuatu yang kehadirannya tidak dapat diverifikasi oleh akal. Kekuatan itu tidak dapat dijelaskan atau direduksi menjadi sesuatu yang rasional.
Baca juga: Seraphim: Terhempas di Tempat Paling Nista
Unsur yang kedua adalah phenomenal world. Dalam realisme magis unsur ini mengacu pada dunia riil yang empirik. Dunia riil ini membuat elemen yang tak tereduksi atau yang magis tertahan untuk masuk ke dalam dunia fantasi, oleh karenanya kejadian-kejadian dari pertemuan antara yang rill dan yang magis ini membuat sebuah dunia yang fenomenal, bukan fantasi pun bukan sepenuhnya rill. Sebuah percampuran antara yang keberadaannya tidak dapat diverifikasi dengan logika dengan yang dunia nyata. Dalam novel ini, dikisahkan tokoh Kaula yang marah besar terhadap Seva dan hendak meninju Seva. Menurut Kaula perbuatan Seva sudah tak bisa ditolerir. Ia telah membuat tiga anak padepokan berlumuran darah, bahkan salah satu di antaranya kehilangan nyawa. Kepalan tangan kaula yang hendak meninju Seva mengeluarkan cahaya merah. Cahaya yang entah dari mana asalnya. Di momen inilah phenomenal world itu tergambarkan. Sebuah kejadian saat Kaula marah terhadap perbuatan yang telah dilakukan Seva menyajikan keanehan dari hadirnya cahaya merah di kepalan tangan Kaula. Pertengakaran antara Kaula dan Seva merupakan hal yang riil. Pada yang riil itu muncul sebuah elemen yang tak jelas dari mana asalnya dan bercampur dengan yang riil. Percampuran ini pun membuat dunia yang tampak fenomenal.
Kemudian yang ketiga adalah unsettling doubt. Ini mengacu pada keragu-raguan yang disebabkan oleh munculnya unsur magis atau supranatural pada dunia yang riil. Kemunculan unsur magis membentuk sebuah dunia yang fenomenal, yang meleburkan batas antara yang rill dan yang fantasi. Pembaca akan tiba-tiba ragu saat membaca bahwa 2 kucing kesayangan Mbah Putri, Ukla dan Ukli diajaknya bicara. Pembaca barangkali akan mengira bahwa itu hanyalah hayalan Mbah Putri atau barangkali Mbah Putri sedang melamun, atau pun juga mengira bahwa itu berada dalam mimpi Mbah Putri. Kemudian tokoh Seloin yang tak percaya bahwa apa yang dialaminya hanyalah sebuah khayalan. Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa Seraphim tak pernah ada dan hanya mitos yang membuat keraguan pada pembaca semakin terasa. Namun, latar belakang pembaca akan menjadi penentu sejauh mana keraguan yang dialami oleh pembaca. Pengalaman hidup pembaca, apakah lebih banyak bersama dengan hal-hal yang realistis atau magis yang mempengaruhi keragu-raguan yang dirasakannya.
Baca juga: Seraphim: Ornika-Orniki dalam Kubangan Api Neraka
Sementara merging realms merupakan penggabungan dimensi antara dunia yang nyata dengan dimensi yang lain. Penggabungan dimensi ini lebih dari sekedar dunia yang fenomenal, di mana unsur magis bercampur dengan dunia riil. Terdapat dimensi lain yang sama-sama eksis dengan dunia yang nyata. Pada sebuah percakapan antara Abu dan Sosho ketika Sosho sedang meyelidiki kasus kematian Kinas, Sosho bertanya tentang sebuah penangkap mimpi yang ada di kamar Kinas. Abu dengan dugaannya menjawab bahwa penangkap mimpi itu merupakan pintu masuk makhluk-makhluk dari dimensi lain. Percapakan lain terjadi antara Mbah Putri dan Bapatua. Sebuah percakapan bayang-bayang di mana kegelisahan Mbah Putri membawanya pada sebuah percakapan dengan Bapatua. Dalam percakapan itu Mbah Putri menjelaskan tentang terbukanya gerbang dimensi makhluk lain. Para makhluk dari dimensi lain masuk ke dunia manusia dan membuat perjanjian dengan manusia karena hasrat serakahnya yang ingin menjadi kuat dan berkuasa, sehingga tatanan dunia menjadi kacau. Mbah Putri menuturkan bahwa kekuatan yang dikembangkannya, Mezuza memiliki kekuatan untuk memulihkan keadaan. Kedua percakapan baik antara Abu dan Sosho maupun Mbah Putri dan Bapatua menjelaskan adanya dimensi lain yang sama-sama eksis dengan dunia yang riil.
Unsur yang kelima, disruption of time, space and identity yang merupakan gangguan yang terjadi baik pada waktu, ruang, maupun identitas. Gangguan ini tentu disebabkan oleh kehadiran yang magis sehingga membuat waktu, tempat dan juga identitas menjadi tak tentu, jauh dari tatanan konvensional realita. Seperti kehadiran Mbah Putri yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Salah satunya ketika ia begitu saja muncul menyelamatkan Seva yang hampir saja menemui maut sebab anak-anak padepokan yang hendak menjorokkannya ke sumur. Kehadiran Mbah Putri yang tak terduga ini mendistorsi waktu dari tatatan konvensional. Ia datang dengan waktu yang tak alami, tercerabut dari logikanya. Begitu juga dengan tempat atau ruang dalam realisme magis. Kehadiran magis dalam dunia yang riil membuat ruang terdistorsi. Gangguan pada tempat ini terlihat pada padepokan Mbah Putri yang terkelilingi oleh sebuah pelindung imajiner. Sebuah pagar pelindung yang tak terlihat namun ada. Sementara disrupsi pada identitas membuat suatu entitas tidak lagi statis. Kehadiran yang magis membuat suatu subjek mengalami perubahan sehingga membuatnya memiliki ketidakjelasan identitas. Gangguan identitas dalam novel ini sebagaimana yang terjadi pada Ukla dan Ukli, kucing kesayangan Mbah Putri. Ketika keduanya berencana melakukan eksekusi pembunuhan terhadap Seva, keduanya berubah dari wujud asalnya. Perubahan yang kemudian disebut “mode lunatik” ini membuat keduanya tampak berbeda dari fisik aslinya.
Kelima unsur yang melekat dalam cerita menjadi bukti bahwa novel Seraphim: Seva Esteria ini adalah novel dengan genre realisme magis. Hadirnya elemen-elemen yang tak dapat ditangkap oleh logika bercampur dengan dunia yang riil membawa pembaca masuk dalam dunia yang menakjubkan disertai perasaan cemas menghadapi ketidaknormalan dunia.
Sebagai catatan bahwa novel ini merupakan bagian yang pertama, terdapat beberapa pertanyaan yang muncul dan menjadi teka-teki. seperti kematian Kinas yang tidak digambarkan dengan jelas. Apakah benar bekapan Seva membuatnya meninggal atau hanya pingsan. Mengapa Abu sebagai orang tua angkat Kinas tak begitu berduka ketika kehilangan Kinas, tak sama seperti ia kehilangan putrinya, Azalfa. Sebuah perkataan dari Abu, “Aku sudah siapkan semua. Sebentar lagi kau akan pulang” menimbulkan kecurigaan besar. Apakah justru ialah pembunuh Kinas dan menjadikan Kinas sebagai tumbal untuk mengembalikan putrinya, dengan catatan bahwa Abu juga disinyalir sedang melakukan perjanjian dengan makhluk dari dimensi lain. Serta, teka-teki yang terbesar dalah mampukah Mbah Putri, Ukli dan Kaula melaksanakan misinya, menghentikan Seva? Jilid kedua dari novel Seraphim: Seva Esteria layak dinanti.***
Bacaan terkait
Mahasiswa S2 Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Email: dikialmuzakki@gmail.com