Brikolase.com – Istilah ppalli-ppalli secara harfiah berarti cepat-cepat, tergesa-gesa atau buru-buru dalam budaya Korea Selatan. Budaya ini tidak hanya mencerminkan pola hidup masyarakat yang selalu bergerak cepat, tetapi juga menjadi salah satu pendorong utama keberhasilan industrialisasi Korea Selatan.
Fenomena budaya ini dan industrialisasi yang cepat berkembang di Korea Selatan saling berhubungan erat, yang menciptakan transformasi sosial-ekonomi yang luar biasa dalam waktu yang relatif singkat.
Pada tahun 1960-an, Korea Selatan dikenal sebagai negara agraris dengan 72 persen penduduk tinggal di pedesaan. Kehidupan sehari-hari di pedesaan bergerak lambat dan lebih berfokus pada aktivitas bertani.
Setelah Perang Korea (1950-1953), negara ini berada dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk. Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Park Chung-hee pada tahun 1960-an menyadari perlunya transformasi besar-besaran untuk membangkitkan perekonomian negara.
Baca juga: Rijsttafel: Miskinnya Khazanah Kuliner Belanda, Diperkaya Kuliner Nusantara
Presiden Park memprakarsai serangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun yang bertujuan untuk memodernisasi ekonomi Korea Selatan. Dalam upaya ini, kecepatan menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Kampanye pembangunan yang dijalankan pemerintah sering kali didorong dengan semangat ppalli-ppalli yang menuntut pengerjaan proyek-proyek dengan cepat dan efisien. Budaya buru-buru ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara maju.
Budaya ppalli-ppalli ini sangat mendukung proses industrialisasi Korea Selatan yang cepat dan ekstensif. Salah satu contoh paling menonjol adalah pembangunan Jalan Tol Gyeongbu, yang menghubungkan Seoul dan Busan. Proyek ini, yang seharusnya memakan waktu lebih dari tiga tahun, berhasil diselesaikan dalam waktu hanya dua tahun lima bulan. Jalan tol ini menjadi simbol keberhasilan industrialisasi Korea Selatan dan juga merupakan manifestasi nyata dari budaya ppalli-ppalli.
Budaya ppalli-ppalli mencerminkan pola hidup yang bergerak cepat di Korea Selatan. Kecepatan internet yang memimpin dunia, kelas bahasa intensif yang menjanjikan hasil cepat, dan acara pernikahan yang berlangsung hanya dalam satu jam adalah beberapa contoh dari fenomena ini. Kecepatan juga menjadi ciri khas para pengendara motor pengantar makanan, yang melintasi jalanan Seoul dengan cepat untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Kecepatan juga menjadi elemen penting dalam sektor manufaktur dan teknologi. Perusahaan-perusahaan besar Korea seperti Samsung, Hyundai, dan LG, yang sekarang dikenal di seluruh dunia, berkembang pesat karena mampu merespons dengan cepat terhadap perubahan pasar global. Dalam waktu beberapa dekade, Korea Selatan berhasil beralih dari ekonomi yang bergantung pada pertanian ke ekonomi industri yang berfokus pada teknologi tinggi dan manufaktur.
Budaya ppalli-ppalli tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi, tetapi juga meresap ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea Selatan. Kecepatan dan efisiensi menjadi nilai yang dihargai dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari layanan di restoran yang super cepat hingga pembangunan kota-kota baru dalam waktu yang singkat. Bahkan, konsep just-in-time dalam manufaktur, yang menekankan pada efisiensi waktu dan pengurangan pemborosan, selaras dengan kultur ppalli-ppalli.
Namun, ada dampak sosial yang signifikan dari budaya ini. Kecepatan dan tekanan untuk selalu bergerak cepat telah menciptakan budaya kerja yang sangat kompetitif dan penuh stres.
Meskipun Korea Selatan sering diidentifikasi dengan kecepatan, budaya ini tidak sepenuhnya menggambarkan kehidupan di masyarakat. Banyak orang Korea sekarang merasakan kebutuhan untuk melambat. Tren ini terlihat dalam fenomena selebriti yang pindah ke Pulau Jeju untuk menjalani kehidupan yang lebih tenang, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Lee Hyori, diva pop Korea, dan suaminya, Lee Sang-soon, adalah contoh selebriti yang memilih hidup sederhana di Jeju, yang ditampilkan dalam acara mereka “Hyori’s Bed and Breakfast”.
Budaya ppalli-ppalli mungkin telah berkontribusi besar dalam membentuk Korea Selatan menjadi negara yang maju dengan kecepatan tinggi. Namun, ada tanda-tanda bahwa orang Korea sedang mencari keseimbangan antara kecepatan dan ketenangan. Meskipun begitu, dalam masyarakat yang dinamis seperti Korea Selatan, tren ini mungkin bisa berubah dengan cepat, sama seperti fenomena lain yang terjadi dalam budaya yang selalu bergerak cepat ini.***
Sumber
Crawford, Matt C., 2018, South Korea’s unstoppable taste for haste, https://www.bbc.com/travel/article/20180708-south-koreas-unstoppable-taste-for-haste, diakses 28 Agustus 2024.
Kjølstad, Karin Ness, 2020, The “Ppalli ppalli” Culture: Is the Love for Fast Pace Dying?, https://overseas.mofa.go.kr/no-en/brd/m_21237/view.do?seq=103, diakses 28 Agustus 2024.
Bacaan terkait
Pemred Media Brikolase
Editor in chief
Email:
yongky@brikolase.com / yongky.g.prasisko@gmail.com