Bukan Akademis, Anak-anak TK di Inggris Diajari Tanggung Jawab dan Menghargai Orang Lain, Ini Cerita Diaspora Indonesia Derwin Tambunan

Brikolase.com – Derwin Tambunan, seorang mahasiswa S3 di Universitas Edinburgh, Inggris, asal Indonesia berbagi pengalamannya tentang perbedaan signifikan antara pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di Inggris dengan di Indonesia.

Derwin menceritakan pengalaman dari anaknya yang sekolah TK di Inggris. Menurutnya, pendidikan TK di Inggris memiliki perbedaan besar tidak hanya dengan Indonesia, tetapi juga dengan negara-negara Eropa lainnya.

Salah satu perbedaan mencolok adalah kualitas dan biaya pendidikan. Di Inggris, pendidikan TK yang berkualitas tinggi tersedia secara gratis, lengkap dengan fasilitas yang fantastis. Sementara di Indonesia, banyak TK internasional yang mengenakan biaya sangat tinggi.

“Di Indonesia, banyak TK internasional yang sangat mahal. Bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah, dan saya pikir kualitasnya belum tentu sangat baik, tapi terlalu komersial, luar biasa,” kata Derwin via akun TikTok pribadinya @derwin.balige.

Baca juga: Ppalli-ppalli: Suksesnya Industrialisasi Korea Selatan karena Budaya Buru-buru

Selain itu, kurikulum di TK Inggris lebih fokus pada pengembangan sosial anak daripada pendidikan akademis.

Anak-anak di Inggris diajarkan untuk mengembangkan rasa percaya diri, mengenali diri mereka sendiri, dan belajar untuk menghargai orang lain.

Mereka juga dilatih untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dalam masyarakat.

“Anak-anak di sini diajarkan bagaimana sejak dini menjadi individu yang bertanggung jawab di tengah masyarakat, melalui aturan-aturan dan hak-haknya sebagai individu,” ungkap Derwin.

Di sisi lain, standar kelulusan di TK Inggris relatif rendah dibandingkan dengan Indonesia.

Namun, meskipun standar tersebut rendah, sistem pendidikan mereka dirancang untuk mendorong anak-anak mencapai potensi tertinggi mereka.

“Jadi standar kelulusan memang rendah, tapi sistemnya dibuat untuk memicu dan mendorong anak-anak mencapai potensi tertinggi mereka,” ujar Derwin.

Dari pengalamannya, Derwin menyimpulkan bahwa meskipun kurikulum di Inggris tampak lebih mudah, sistem pendidikan mereka lebih menekankan pada pengembangan karakter dan potensi anak, yang dianggap sebagai bekal penting bagi masa depan mereka.***