Anna O, Kontroversi Kasus Pasien Histeria yang Ditangani Freud dan Breuer

Brikolase.com – Kasus Anna O adalah salah satu studi kasus yang sangat terkait dengan psikoanalis Austria, Sigmund Freud. Namun, fakta menarik dari kasus ini adalah bahwa Freud sebenarnya tidak pernah merawat Anna O secara langsung.

Pasien ini sebenarnya dirawat oleh Josef Breuer, rekan sejawat Freud. Kasus Anna O pertama kali dibahas dalam Studies on Hysteria (Freud dan Breuer, 1895), yang mengungkapkan dampak signifikan kasus ini terhadap karya Freud di kemudian hari.

Latar Belakang Anna O

Anna O adalah nama samaran yang digunakan oleh Breuer dan Freud untuk merujuk pada Bertha Pappenheim, seorang wanita yang lahir pada 27 Februari 1859 di Wina, Austria.

Bertha tumbuh dalam keluarga Yahudi Ortodoks yang cukup makmur. Ketika berusia delapan tahun, ia kehilangan kakaknya, Henriette, yang meninggal akibat tuberkulosis.

Keterbatasan sosial dan usia saat itu membatasi kesempatan pendidikan Bertha. Dia berhenti sekolah dan lebih memilih kegiatan-kegiatan seperti menjahit.

Pada tahun 1880, ayahnya terkena tuberkulosis, dan Anna mendedikasikan dirinya untuk merawatnya hingga sang ayah meninggal pada April 1881. Dalam periode merawat ayahnya, Anna juga jatuh sakit dengan gejala yang berbeda, dan mulai berkonsultasi dengan Josef Breuer.

Baca juga: Bukan Akademis, Anak-anak TK di Inggris Diajari Tanggung Jawab dan Menghargai Orang Lain

Tahapan Penyakit Anna O

Breuer membagi penyakit Anna O ke dalam empat tahap:

  1. “Latent Incubation” (Juli-Desember 1880)
    Gejala awal Anna muncul, meskipun pada pasien lain mungkin tidak terlihat jelas. Namun, gejala yang dialami Anna sangat parah hingga mudah diamati oleh orang lain.
  2. “Manifest Illness”
    Gejala penyakit Anna mencapai puncaknya, terutama setelah kematian ayahnya pada April 1881. Pada bulan Juni 1881, Anna dipindahkan ke rumah lain di Wina karena kekhawatiran atas kecenderungannya untuk bunuh diri.
  3. Somnambulisme Sementara (April-Desember 1881)
    Anna sering mengalami kondisi tidur berjalan yang diselingi dengan perilaku normal.
  4. Pemulihan
    Beruer mengklaim bahwa setelah serangkaian perawatan, Anna perlahan pulih dari penyakitnya hingga sekitar Juni 1882.
ALSO READ  Mengenal Hipergami dan Hipogami, Pilih Menikah Naik Kelas atau Turun Kelas?

Gejala Histeria yang Dialami Anna O

Anna mengalami berbagai gejala, mulai dari fisik hingga perilaku. Beberapa gejala utama yang dialaminya meliputi:

  • Paralisis: Lumpuh pada lengan dan kaki kanannya.
  • Gerakan mata tak terkendali: Termasuk masalah penglihatan dan juling.
  • Hidrofobia: Ketakutan terhadap air yang membuatnya tidak bisa minum selama beberapa hari.
  • Kelesuan: Tertidur pada sore hari dan menjadi gelisah setelah malam tiba.
  • Kesulitan Bahasa: Anna sering mengulang kata terakhir dalam kalimatnya dan berbicara dalam beberapa bahasa, seperti Inggris, tanpa menyadari apa yang dilakukannya.

Perawatan Breuer: “Talking Cure”

Breuer mengamati bahwa percakapan yang dilakukan dengan Anna membantu meredakan kecemasannya.

Ia mulai menggunakan metode yang kemudian dikenal sebagai terapi bicara (talking therapy), di mana Anna berbicara tentang masalah-masalahnya. Anna sering menceritakan kisah-kisah seperti dongeng, yang mengingatkan Breuer pada karya Hans Christian Andersen.

Freud menyimpulkan bahwa beberapa gejala fisik yang dialami Anna, seperti paralisis, mungkin berhubungan dengan trauma yang dialaminya dalam mimpi.

Salah satu mimpinya melibatkan seekor ular hitam yang mengancam seseorang yang terbaring di tempat tidur, mencerminkan pengalamannya saat merawat ayahnya yang sakit.

Breuer juga mengaitkan trauma masa kecil Anna, di mana ia merasa jijik setelah melihat anjing pengasuhnya minum dari gelas yang digunakannya, dengan ketidakmampuannya untuk minum air.

Pemulihan dan Kehidupan Setelah Penyakit

Melalui terapi bicara dan upaya Breuer untuk membawa ketakutan bawah sadar Anna ke kesadaran, Anna secara bertahap pulih dari penyakitnya.

Namun, terapi ini juga menimbulkan komplikasi. Hurst (1982) mengungkapkan bahwa Bertha mengembangkan perasaan menyalur (transference) yang kuat terhadap Breuer, yang membuat situasi menjadi rumit.

Ernest Jones, penulis biografi awal Sigmund Freud, mengatakan bahwa pada tahun 1882, Josef Breuer meninggalkan Wina karena merasa cemas setelah mengalami apa yang kemudian disebut sebagai “transferensi.”

ALSO READ  Menikah karena Cinta Adalah Produk Budaya Modern, Dahulu Jatuh Cinta Dianggap Dosa dan Kegilaan

Menurut Freud, Breuer membawa istrinya dalam perjalanan bulan madu kedua ke Venezia setelah seorang pasien (Bertha) yang ia tangani menggunakan metode katarsis menjadi terikat secara erotis padanya. Breuer menghentikan terapi setelah melihat pasien tersebut mengalami serangan histeris, di mana pasien itu mengklaim sedang hamil anak Breuer.

Breuer akhirnya menghentikan perawatan pada Juni 1882, mengklaim bahwa Bertha telah sembuh. Namun, bukti menunjukkan bahwa pemulihannya tidak sepenuhnya tuntas.

Ada perdebatan signifikan mengenai apakah penyakit Bertha benar-benar histeria atau memiliki basis organik. Beberapa gejala yang dialaminya, seperti kelumpuhan dan halusinasi, bisa jadi menunjukkan kondisi neurologis yang lebih serius.

Penelitian oleh Slater pada tahun 1960-an menunjukkan bahwa banyak diagnosis histeria sebenarnya menutupi penyakit organik yang tidak terdeteksi pada saat itu.

Kasus Anna O. kemudian dipelajari kembali. Bertha lalu didiagnosis mengalami Sarkoidosis (pertumbuhan sel meradang yang tersebar di beberapa bagian tubuh) yang terkadang melibatkan sistem saraf pusat. Penyakit Anna O dimulai dengan batuk yang merupakan gejala umum pada Sarkoidosis, yang sebenarnya bisa sembuh total dalam 6-24 bulan.

Anna O juga kemudian didiagnosis menderita kelainan otak (Ensefalomielitis Diseminata Akut) yang sering diikuti infeksi saluran pernapasan atas dan dapat melibatkan kantuk, kelumpuhan otot mata, dan kelumpuhan pada anggota tubuh. Meskipun penyakit ini bisa disembuhkan tapi sisa kecacatan kemungkinan besar terjadi jika penyakitnya sudah sangat parah, seperti tampak pada kasus Anna O.

Selain itu, beberapa sumber menyatakan bahwa Bertha tidak sembuh setelah perawatan dengan Breuer dan mengalami periode penyakit mental yang berkepanjangan. Ada pula laporan tentang kehamilan palsu dan kecanduan morfin.

Meski begitu, setelah perawatan, Bertha mendapatkan seekor anjing sebagai hewan peliharaan dan terlibat dalam pekerjaan amal, membantu orang-orang sakit.

ALSO READ  Psikoanalisa, Dongeng Hiburan yang ‘Saintifik’

Studi kasus Anna O memberikan pengaruh besar pada teori Freud tentang psikoanalisis, khususnya mengenai pentingnya trauma masa lalu dan ide bawah sadar dalam mempengaruhi pikiran sadar.

Di kemudian hari, Bertha Pappenheim menjadi tokoh penting dalam gerakan feminis di Austria dan Jerman. Pada tahun 1904, ia mendirikan Liga Wanita Yahudi dan menjadi pendukung aktif hingga wafat pada tahun 1936. Kasusnya tetap menjadi tonggak sejarah penting dalam perkembangan psikoanalisis.***

Referensi

Freud, S. and Breuer, J. (1895). Studies on Hysteria. Leipzig and Wien: Franz Deuticke.

Hurst, L. C. (1982). What was wrong with Anna 0? Journal of the Royal Society of Medicine Volume 75 February 1982.

Anna O: Sigmund Freud’s Case History, https://www.psychologistworld.com/freud/anna-o-case-study-freud