Brikolase.com – Minggu pagi, 19 Oktober 2025, suasana damai di Museum Louvre, Paris, berubah menjadi kepanikan besar.
Dalam waktu kurang dari tujuh menit, sekelompok perampok profesional berhasil membawa kabur permata mahkota Napoleon dari Galeri Apollon, hanya beberapa langkah dari lukisan Mona Lisa.
Peristiwa ini disebut-sebut sebagai “operasi empat menit” oleh Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, yang menggambarkan bagaimana kawanan tersebut bertindak cepat, tanpa kekerasan, dan tanpa meninggalkan jejak berarti.
Dari sembilan benda berharga yang dicuri, hanya mahkota Permaisuri Eugénie yang ditemukan kembali, namun dalam kondisi rusak parah di luar gedung museum.
Louvre langsung ditutup untuk penyelidikan. Polisi menyisir setiap lorong museum, sementara pengunjung dievakuasi keluar dari piramida kaca ikonik.
Kasus ini segera menimbulkan perdebatan publik tentang lemahnya keamanan museum, bahkan di tengah proyek modernisasi senilai €700 juta yang dicanangkan pemerintah Prancis.
Ternyata ini bukan pencurian yang pertama. Sebelumnya, Museum Louvre pernah dibobol beberapa kali.
Berikut sejarah pencuriannya, dikutip dari laman townanrcountrymag.com.
1. Mona Lisa: Pencurian yang Mengubah Sejarah Seni Dunia
Pencurian bukan hal baru di Louvre. Salah satu peristiwa paling terkenal terjadi pada 21 Agustus 1911, ketika lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci menghilang dari dindingnya.
Ironisnya, karya itu justru menjadi terkenal setelah dicuri.
Pelakunya adalah Vincenzo Peruggia, mantan pegawai museum asal Italia.
Ia menyembunyikan dirinya semalam di dalam lemari kebersihan dan pada pagi harinya keluar membawa lukisan itu yang dibungkus kain.
Peruggia mengaku ingin “mengembalikan” Mona Lisa ke tanah kelahiran pelukisnya, Italia.
Selama dua tahun, dunia seni geger. Barulah pada 1913, Mona Lisa ditemukan di Florence dan dikembalikan ke Louvre.
Meski dipenjara, Peruggia dianggap pahlawan nasional di Italia.
Sejak itu, Mona Lisa menjadi simbol global, dilindungi dengan kaca antipeluru dan sistem keamanan canggih.
2. Perang Dunia II: Saat Louvre Diselamatkan dari Invasi Nazi
Ketika pasukan Nazi Jerman menginvasi Prancis pada 1940, Museum Louvre menghadapi ancaman besar yakni penjarahan karya seni oleh pasukan Hitler.
Namun direktur Louvre saat itu, Jacques Jaujard, telah mengantisipasi bencana ini.
Ia menutup museum dengan alasan “perawatan”, lalu dalam tiga hari memimpin evakuasi besar-besaran lebih dari 1.800 peti berisi karya seni, termasuk Mona Lisa dan Winged Victory of Samothrace.
Setiap karya diberi kode warna yakni merah untuk “harta dunia”, hijau untuk karya besar, dan kuning untuk karya penting.
Truk-truk berisi lukisan itu disebar ke berbagai tempat aman di pedesaan Prancis.
Ketika pasukan Jerman tiba, mereka menemukan Louvre yang hampir kosong.
Langkah heroik ini kemudian dikenang dalam sejarah sebagai penyelamatan seni terbesar di Eropa.
3. Pencurian Lukisan Kecil Tahun 1998
Setelah Perang Dunia II, Louvre beberapa kali menjadi sasaran pencurian kecil.
Namun, insiden besar terakhir sebelum 2025 terjadi pada 3 Mei 1998, ketika lukisan kecil berjudul Le Chemin de Sèvres karya Jean-Baptiste Camille Corot dicuri pada hari Minggu siang hari.
Lukisan berukuran kecil itu, sekitar 45×65 cm, dengan mudah dilepas dari bingkainya tanpa menarik perhatian.
Museum segera dikunci, ratusan pengunjung diperiksa, dan polisi mengumpulkan sidik jari.
Namun, lukisan itu tidak pernah ditemukan hingga hari ini. Peristiwa ini membuat Louvre memperketat sistem keamanannya, yang ironisnya masih bisa ditembus dua dekade kemudian.
4. Pencurian Permata Napoleon 2025: Aksi Tersingkat dan Tercanggih
Kebobolan besar di tahun 2025 kembali mencoreng reputasi keamanan Museum Louvre.
Para pelaku tiba menggunakan mobil derek berkeranjang di tepi Sungai Seine.
Dua di antaranya menaiki lift menuju jendela lantai dua, memotong kaca menggunakan gergaji mesin, dan langsung menuju Galeri Apollon, tempat koleksi permata kerajaan Prancis dipajang.
Dalam hitungan menit, mereka memecahkan dua etalase dan membawa kabur delapan perhiasan bersejarah, termasuk diadem bertatahkan hampir 2.000 berlian milik Permaisuri Eugénie dan kalung zamrud milik Permaisuri Marie-Louise.
Setelah alarm berbunyi, para pelaku kabur menggunakan dua motor besar, meninggalkan mahkota rusak dan peralatan di tempat kejadian.
Aksi ini menandai pencurian terbesar di Eropa sejak kasus Dresden Green Vault pada 2019.
Bagi banyak orang Prancis, kejadian ini bukan sekadar kehilangan benda berharga, tetapi luka simbolik terhadap warisan budaya nasional.
Museum yang menyimpan 33.000 artefak peradaban dunia itu menjadi saksi bahwa seni, betapapun dijaga ketat, tetap menjadi sasaran ambisi manusia.***
Bacaan terkait
Pemred Media Brikolase
Editor in chief
Email:
yongky@brikolase.com / yongky.g.prasisko@gmail.com

