Brikolase.com – Abracadabra merupakan mantra yang banyak ditemui di literatur populer yang menggambarkan kekuatan mantra ajaib.
Dilihat dari sejarahnya, Abracadabra berasal dari frasa bahasa Aram (Armaic) yakni Avra kehdavra yang secara literal berarti, “Saya berkata maka terciptalah (I create as I speak).
Abracadabra diidentikkan dengan sesuatu yang magis, namun belakangan sains mulai menemukan bahwa kata-kata dan pikiran itu memang bisa menciptakan realitas.
Realitas adalah kombinasi dari input sensorik dan interpretasi otak terhadap sinyal-sinyal informasi.
Robert Lanza, ilmuwan yang terkenal dengan teori biocentrism, berpendapat bahwa kesadaran adalah kekuatan utama yang menciptakan keberadaan alam semesta.
Dalam pandangannya, dunia fisik tidak terpisah dari kita, melainkan diciptakan oleh pikiran kita saat kita mengamatinya.
Baca juga: Seluk Beluk MicroRNA, Temuan Pemenang Nobel Kedokteran 2024, Dianggap Mampu Menekan Tumor
Ruang dan waktu, menurutnya, adalah produk dari “pusaran informasi” dalam otak yang dirangkai menjadi pengalaman yang koheren.
Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics, Lanza bersama rekan-rekannya, Dmitriy Podolskiy dan Andrei Barvinsky, menyatakan bahwa pengamat memegang peran penting dalam membentuk struktur realitas fisik.
Jaringan pengamat disebut sebagai elemen inheren dalam struktur realitas itu sendiri.
Lanza menekankan bahwa pengukuran berulang terhadap suatu kuantitas fisik akan menyebabkan gelombang probabilitas “runtuh” atau “terlokalisasi,” sehingga realitas menjadi konsisten.
“Jika Anda belajar dari pengukuran orang lain, hasil pengukuran itu memengaruhi pengukuran Anda dan pengamat lainnya, yang membekukan realitas sesuai konsensus,” kata Lanza.
Dengan kata lain, konsensus dari berbagai pengamatan membentuk struktur dasar realitas, termasuk sifat ruang dan waktu itu sendiri.
Dalam istilah kuantum, pengamat memengaruhi realitas melalui dekoherensi, yang membentuk kerangka kerja untuk meruntuhkan gelombang probabilitas.
Otak manusia membangun model kognitif berdasarkan pengalaman sepanjang hidupnya, yang selanjutnya mempengaruhi realitas yang diamati.
Lanza mengutip pandangan Stephen Hawking yang menyatakan, “Masa lalu, seperti halnya masa depan, itu tidak pasti dan hanya ada sebagai spektrum kemungkinan.”
Menurut Lanza, pengamat adalah “penyebab pertama” yang meruntuhkan rangkaian peristiwa spasiotemporal, termasuk masa lalu.
Lanza menegaskan bahwa peran biologi sangat penting.
Dalam bukunya The Grand Biocentric Design, Lanza menekankan bahwa entitas hidup yang sadar dan memiliki kapasitas memori dibutuhkan untuk menciptakan “panah waktu.”
Tanpa pengamat sadar, tidak ada pengalaman waktu maupun dekoherensi.
Menurutnya, “hanya pengamat sadar yang benar-benar dapat meruntuhkan fungsi gelombang kuantum.” Ini menjelaskan sebab-akibat yang kita lihat di sekitar kita.
Seperti Dorothy dalam The Wizard of Oz yang menemukan bahwa jawaban misteri realitas ada dalam dirinya selama ini.
Rahasia tentang kehidupan dan eksistensi tidak terletak pada pengamatan galaksi jauh atau supernova.
Sebaliknya, jawabannya berhubungan dengan kesadaran dan kehidupan subjek itu sendiri.
Teori biocentrisme, yang dibahas dalam buku The Grand Biocentric Design, menegaskan bahwa kehidupan dan kesadaran adalah elemen sentral dari alam semesta.
Menurut teori ini, hukum fisika dan kondisi alam semesta memungkinkan pengamat untuk ada karena pengamat itu sendiri yang menciptakannya.
Hal ini bukan hanya menjelaskan hasil eksperimen aneh seperti double-slit experiment, tetapi juga keberadaan konstanta fisika yang “tepat” untuk mendukung kehidupan.
Sebagaimana dikatakan oleh fisikawan Niels Bohr, “Kita tidak sedang mengukur dunia; kita sedang menciptakannya.”
Pernyataan ini menggugah pemikiran bahwa dunia luar tidak eksis secara independen dari kesadaran pengamat.
Eugene Wigner, peraih Nobel tahun 1963, juga menyatakan bahwa studi tentang alam semesta justru mengarah pada kesimpulan bahwa kesadaran adalah realitas tertinggi.
Jika biocentrisme benar, maka pandangan tentang alam semesta sebagai ruang hampa yang tanpa makna harus ditinggalkan.
Sebagai gantinya, dasar dari alam semesta adalah kehidupan yang sadar, yang terhubung dengan kesadaran dan kecerdasan secara mendalam.
Dalam kerangka biocentrisme, pengamat menjadi penyebab pertama yang meruntuhkan peristiwa ruang-waktu, termasuk masa lalu. Ini berarti bahwa tanpa pengamat, waktu dan ruang tidak akan pernah eksis.
Pemahaman bahwa semua pengalaman terjadi di dalam pikiran membawa rasa tenang dan kedamaian yang mendalam.
Langit biru dan bunga yang indah bukanlah sesuatu yang terpisah dari kita.
Semua itu adalah bagian dari persepsi kita sendiri. Selain itu, dengan waktu dan ruang yang dipahami sebagai sifat internal dari kesadaran, konsep perjalanan waktu mungkin menjadi kenyataan di masa depan.
Menurut Alia Crum, asisten profesor psikologi dan direktur Stanford Mind and Body Lab, “Pikiran kita tidak sekadar pengamat pasif yang hanya melihat realitas apa adanya. Pikiran kita sebenarnya mengubah realitas.”
Penemuan ini membuka peluang baru di berbagai bidang, termasuk kedokteran, psikologi, pendidikan, dan bisnis.
Salah satu contoh paling terkenal tentang kekuatan pikiran adalah efek placebo.
Fenomena ini terjadi ketika seseorang merasa lebih baik hanya karena mereka percaya sedang menerima pengobatan, meskipun secara medis pengobatan tersebut tidak memiliki kandungan aktif.
Selama ini, efek placebo hanya dianggap sebagai hambatan dalam penelitian medis, terutama saat menguji efektivitas obat baru.
Namun, para dokter kini mulai melihat efek placebo sebagai cara nyata untuk meningkatkan proses penyembuhan kesehatan.
Keyakinan, konteks sosial, dan pola pikir yang mendasari efek placebo terbukti memiliki dampak signifikan, seperti mengurangi kecemasan, menurunkan tekanan darah, meredakan nyeri, hingga memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Crum dan timnya telah menunjukkan bahwa efek ini melampaui dunia medis.
Dalam sebuah studi, orang yang percaya bahwa pekerjaan fisik mereka sehari-hari dianggap sebagai olahraga cenderung hidup lebih lama, terlepas dari seberapa banyak olahraga yang sebenarnya mereka lakukan.
Demikian pula, ketika seseorang diberitahu bahwa milkshake yang diminum mereka “mengenyangkan” atau “mengandung banyak kalori,” mereka akan merasa lebih cepat kenyang.
Bahkan, memberitahu seseorang bahwa minuman yang mereka konsumsi mengandung kafein dapat meningkatkan tekanan darah mereka.
Alia Crum menegaskan pentingnya pola pikir dalam membentuk kesehatan dan perilaku.
“Pola pikir bukanlah sesuatu yang berada di pinggiran, tetapi justru merupakan inti dari kesehatan dan perilaku kita,” ujar Crum.
Jika kita ingin mengatasi penyakit-penyakit modern dan berbagai krisis kesehatan, kita perlu lebih memahami dan memanfaatkan kekuatan pola pikir secara efektif.
Dengan pendekatan ini, kesehatan bukan hanya bergantung pada intervensi medis semata, tetapi juga pada cara individu memandang realitas dan peran pikiran dalam membentuk kesejahteraan mereka.***
Referensi
“Is human consciousness creating reality?”, bigthink.com.
“Stanford researchers explore how the human mind shapes reality”, stanford.edu.
“What if Consciousness Determines the Very Structure of Reality Itself?”, robertlanza.com.
Bacaan terkait
Pemred Media Brikolase
Editor in chief
Email:
yongky@brikolase.com / yongky.g.prasisko@gmail.com

