Kisah Grigori Perelman, Ilmuwan Jenius Matematika yang Menolak Penghargaan Dunia dan Uang Jutaan Dolar

Brikolase.com – Grigori Perelman, seorang matematikawan asal Rusia yang lahir pada tahun 1966 di Uni Soviet, dikenal sebagai salah satu tokoh paling misterius dalam dunia matematika modern.

Ia menjadi sorotan dunia ketika berhasil memecahkan dugaan Poincaré, salah satu masalah matematika paling sulit yang bertahan hampir satu abad.

Namun, ia juga dikenang sebagai sosok yang menolak segala penghargaan prestisius, termasuk Fields Medal pada tahun 2006 dan hadiah uang senilai $1 juta dari Clay Mathematics Institute (CMI) pada tahun 2010.

Awal Karier dan Kecemerlangan Akademik

Dikutip dari laman Britannica, Perelman menempuh pendidikan doktoralnya di Universitas Negeri St. Petersburg.

Pada tahun 1990-an, ia sempat bekerja di Amerika Serikat, termasuk di Universitas California, Berkeley.

Selama kariernya, Perelman memfokuskan studinya pada geometri dan topologi, khususnya dalam memahami struktur manifold tiga dimensi.

Dugaan Poincaré, yang diajukan oleh Henri Poincaré pada awal abad ke-20, adalah salah satu dari tujuh Millennium Problems yang diumumkan CMI.

Dugaan ini berkaitan dengan struktur mendalam dari manifold tiga dimensi dan menjadi inti dari kontribusi besar Perelman.

Dalam serangkaian makalah yang diterbitkan secara daring pada tahun 2002, ia mengumumkan pembuktian atas dugaan ini serta dugaan geometrisasi yang diajukan oleh Fields Medalist, William Thurston.

Teknik inovatif Perelman dalam menggunakan Ricci flow mengatasi hambatan yang sebelumnya sulit dipecahkan oleh matematikawan lain.

Baca juga: Kisah Tragis Ludwig Boltzmann, Ilmuwan Pencetus Rumus Basis AI

Penolakan terhadap Penghargaan

Meskipun karyanya dianggap sebagai terobosan besar dalam matematika, Perelman memutuskan untuk meninggalkan dunia akademik pada tahun 2003.

Ia menolak Fields Medal pada tahun 2006, yang menjadikannya matematikawan pertama dalam sejarah yang menolak penghargaan ini.

Ketika i Clay Mathematics Institute (CMI) menawarkan hadiah $1 juta (sekira Rp 15 miliar) sebagai pengakuan atas keberhasilannya membuktikan dugaan Poincaré, Perelman kembali menolak hadiah tersebut.

Sikap ini mencerminkan pandangan moralnya yang unik.

Sergei Kisliakov, direktur Institut Matematika Steklov di St. Petersburg, mengatakan bahwa Perelman merasa kecewa dengan komunitas matematikawan yang menurutnya tidak pantas memberikan penghargaan semacam itu.

“Ia memiliki prinsip moral yang sangat tinggi dan sering merasa terganggu oleh hal-hal kecil yang dianggap tidak etis,” kata Kisliakov, dikutip dari laman The Guardian.

Dalam wawancara yang diterbitkan oleh Komsomolskaya Pravda, Perelman menyatakan bahwa penelitiannya memiliki dampak besar, baik secara praktis maupun filosofis, sehingga ia memilih untuk fokus pada pekerjaannya daripada mengejar penghargaan materi.

“Penelitian saya terlalu menarik untuk disia-siakan dengan memikirkan hal lain,” katanya, dikutip dari laman The Moscow Times.

Perelman mengungkapkan bahwa hasil penelitiannya memiliki aplikasi yang luas, mulai dari industri luar angkasa, nanoteknologi, hingga ilmu sosial, serta pertanyaan mendasar tentang sifat alam semesta.

“Saya tahu bagaimana mengendalikan alam semesta. Katakan, mengapa saya harus mengejar satu juta [dolar]?” ujarnya dengan percaya diri.

Perelman menolak hadiah dari Clay Mathematics Institute (CMI) pada Maret 2010 karena ia merasa institusi tersebut mengabaikan kontribusi penting dari matematikawan lain, Richard Hamilton, yang juga terlibat dalam pengembangan teori tersebut.

Sikap ini mencerminkan integritas Perelman yang tinggi dan keengganannya untuk mengambil kredit sepenuhnya atas kerja sama ilmiah.

Kehidupan yang Sederhana

Setelah meninggalkan dunia akademik, Perelman menjalani kehidupan sederhana di sebuah apartemen kecil di St. Petersburg bersama ibu dan saudarinya.

Ia juga jarang berbicara dengan media. Ia menepis anggapan bahwa ia menghindari publisitas karena keengganan terhadap sorotan, melainkan karena sikap tidak sopan sebagian jurnalis.

Salah satu contohnya adalah kebiasaan media menyebut namanya secara informal sebagai “Grisha,” yang ia anggap tidak menghormati.

Perelman dikenal sebagai sosok yang eksentrik, yang sering terlihat dengan pakaian usang, jenggot panjang, dan kuku yang tidak terawat.

Ia juga jarang berbicara dengan orang lain dan lebih suka menghabiskan waktu memetik jamur.***