John Gurdon Punya Rapor Jeblok, tapi Menang Hadiah Nobel Kedokteran, Ini Kisah Inspiratifnya

Brikolase.com – Sir John Bertrand Gurdon adalah bukti nyata bahwa kegagalan di masa sekolah bukan akhir dari segalanya.

Ia pernah dinilai “tidak layak belajar sains” oleh gurunya, bahkan ditempatkan di urutan paling bawah dari 250 siswa di Eton College.

Namun siapa sangka, pada tahun 2012 ia justru meraih Nobel Prize in Physiology or Medicine (kedokteran) berkat penemuan besar dalam dunia biologi: sel dewasa bisa diprogram ulang menjadi sel pluripoten.

Dari Anak yang Dianggap “Subnormal” Hingga Oxford

John Gurdon lahir pada 2 Oktober 1933 di Dippenhall, Inggris. Masa kecilnya diwarnai kesulitan selama Perang Dunia II.

Saat berusia 8 tahun, ia pernah didiagnosis guru sebagai anak “subnormal” hanya karena menggambar tangkai jeruk dalam ujian IQ.

Namun minatnya terhadap alam sudah tampak sejak kecil.

Ia gemar mengumpulkan kupu-kupu, ulat, dan serangga lainnya. Minat itu terus berlanjut hingga dewasa.

Saat belajar di Eton, Gurdon menerima rapor memalukan dari guru Biologi.

Gurdon berada di ranking terbawah dari 250 murid. Dikutip dari laman The Guardian, dalam catatan tahun 1949, sang guru menulis:

“Jika ia bercita-cita menjadi ilmuwan, itu sungguh ide konyol. Ia tidak memiliki pemahaman dasar tentang ilmu pengetahuan.”

Akibat rapor itu, Gurdon dikeluarkan dari pelajaran sains selama sisa masa sekolahnya dan diarahkan belajar bahasa Latin dan Yunani.

Meskipun gagal di sekolah, Gurdon diterima di Christ Church, Oxford, melalui “jalur belakang” yang melibatkan pamannya, guru sekolahnya, dan tokoh akademik ternama Sir John Masterman.

Di Oxford, ia mengambil jurusan Zoologi dan kemudian meraih gelar PhD di bawah bimbingan Michael Fischberg.

Penemuan Revolusioner: Sel Dewasa Bisa Jadi Pluripoten

Pada tahun 1962, Gurdon membuat gebrakan besar: ia mengganti inti sel telur katak dengan inti sel dari usus berudu.

ALSO READ  Apa Temuan John Gurdon, Si Rapor Jeblok? Jadi Dasar Kloning dan Sel Punca

Hasilnya, sel itu berkembang menjadi katak baru! Ini membuktikan bahwa sel dewasa masih menyimpan informasi genetik lengkap dan dapat “diputar ulang” menjadi sel awal.

Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan sel induk dan terapi regeneratif, serta menjadi dasar bagi penelitian oleh ilmuwan lain seperti Shinya Yamanaka dan Martin Evans, yang juga menerima Nobel.

Tahun 2012, Gurdon menerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi/Kedokteran bersama Yamanaka atas kontribusi besar dalam dunia kedokteran regeneratif.

Penemuannya mengubah cara ilmuwan memahami gen, sel, dan potensi penyembuhan berbagai penyakit.

Kisah hidup John Gurdon adalah inspirasi besar: dari siswa terburuk di kelas menjadi salah satu ilmuwan paling dihormati di dunia.

Ia membuktikan bahwa penolakan bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang luar biasa.

“Virtus viget in arduis” – Kebajikan tumbuh dalam kesulitan.
— Moto keluarga Gurdon sejak abad ke-12.***